Nah…akhirnya ada juga kesempatan
untuk sekedar menulis di blog ini.
Kali ini saya akan sedikit
berbicara mengenai Input Oriented, kasarnya tuh orientasi uang/pemasukan. Hal
ini yang biasanya membuat banyak orang memandang sebelah mata profesi abdi
negara, seperti saya ini hehehehe.
Situasi Awal
Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(PTSP) di Kabupaten Mimika mulai aktif melayani awal tahun ini dan melekat pada
struktur Dinas yaitu Dinas Penanaman Modal dan PTSP.
Berbekal ekspektasi tinggi
masyarakat, sedikit ilmu, NOL pengalaman, serta NIAT Pengabdian yang tinggi,
serta gaya cowboy nan berani, kami (saya dan teman-teman) memulai dengan penuh
sukacita pelayanan kami.
Awal Pelayanan kami yang penuh
kebingungan dalam menghadapi kendala dukungan anggaran yang sangat minim, tidak
ada kendaraan operasional, personil yang malas (kurang semangat), serta ego sectoral
beberapa instansi yang entah mengapa mati-matian tidak bergeming untuk bergerak
bersama adalah pengalaman hidup yang cukup menakutkan untuk seseorang bangun
tidur di pagi hari 😌
What? Yes…fakta bahwa setiap
detik berharga untuk browsing aturan ini-itu, mulai dari UU, PP sampai dengan
Perda dan turunannya. Memisahkan rumpun-rumpun perizinan, membuat rancangan
perbub/sk dan lain-lain yang biasanya kurang dari satu hari (thanks to google),
sambil menata semua perangkat dan personil untuk bekerja dalam satu harmoni
merupakan hal yang sangat menguras energi.
Puji Tuhan dengan se-abrek hal-hal
melelahkan diatas, Tuhan baik…sungguh baik memperlengkapi crew kami dengan
orang-orang terbaik. Tidak semua sih, ada beberapa orang yang sama sekali tidak
happy, enggan bekerja dan berpotensi merusak, namun Tuhan memberkati kami
sehingga orang-orang tersebut langsung di ‘bebas-tugaskan’ dari tupoksi mereka.
Artinya ada beberapa fungsi orang-orang ini yang kemudian harus dikerjakan
personil yang lain demi kelancaran pelayanan kami.
My crew are my pride
Seperti yang saya tuliskan
diawal, bahwa kami memulai Pelayanan kami dengan ekspektasi yang tinggi dari
masyarakat. Sering ruangan saya menjadi tempat curhat para pelaku usaha,
terutama usaha menengah kecil ke bawah. Dari yang keki, galau sampai bercucuran
air mata pernah saya layani, sekedar untuk memberikan “a shoulder to cry on”
sampai benar-benar fight cari solusi untuk permasalahan mereka.
Kadang-kadang kehadiran kami dari
PTSP, ke instansi lain dianggap seperti “ada U di balik B’, pasti ada
apa-apanya nih…rela sekali capek-capek kemana-mana untuk orang-orang ini. Padahal
it’s simply our commitment, komitmen untuk melayani Sepenuh Hati.
Capek iya, kesal apalagi,
lapar??? Don’t you dare to even ask hahahaha. Lapar dan haus itu sangat biasa
bagi kami di awal pelayanan, dimana kami benar-benar sepertinya terpacu untuk
idealis, untuk sekedar membuktikan bahwa ASN itu masih punya integritas.
Briefing pagi setiap hari kerja
selalu saya bawa dengan berapi-api, sekalipun banyak kali saya sendiri tidak
mempercayai apa yang saya katakan…itu hari-hari yang berat, melihat orang-orang
hebat ini bekerja dengan loyalitas tinggi namun lapar. Padahal jika saja kami
mau, banyak sekali yang bisa kami dapat dari segala penjuru. Namun kepalang
tanggung dah, berani mendeklarasikan diri berintegritas artinya harus
menanggung konsekuensi dari hal tersebut.
Lari Kencang Mati-mati Ayam
Pernah suatu pagi, kami
dikejutkan dengan tingkah seorang teman yang tiba-tiba lari mengejar customer. Pas
ditanya mengapa, katanya “mau kas kembali uang”.
Ceritanya bapak yang punya apotik
ini benar-benar ikhlas dan sudah beberapa kali menawarkan uang untuk teman ini
namun teman tetap menolak. Sehingga suatu waktu dating bapaknya bawa beberapa
berkas, di paling akhir ada amplop jutaan rupiah…jutaan yang besar hehehe….yah
ditolak juga oleh si mawar.
Waktu itu saya sempat keki sama
teman ini dan langsung saya tanya, “mengapa ko kas kembali? Anggap saja ko baru
lihat setelah orangnya pergi? Setidaknya tidak malu-maluin dan kita juga bisa
makan siang”. Lalu dijawab, ‘loh, bukannya ibu sendiri yang tiap pagi suruh
kita begitu?”….ya iya sih tapi kita kan lapar hehehe, ingin saya jawab demikian
namun malu sendiri bahwa ternyata mereka lebih memegang prinsip dari pada saya
sendiri. Jadi malu saya…….💆
Input Oriented
Yah seperti maksud bahasan diawal
bahwa masih banyak dari kita (para Abdi Negara, Abdi Masyarakat) yag focus kepada
input daripada result oriented. Terutama dalam melayani masyarakat, seringkali
kita lupa bahwa kita ini pelayan, yang direkrut untuk melayani masyarakat.
Bahwa salah satu fungsi kita
melakukan pelayanan public, seperti melayani perizinan adalah bentuk pengabdian
kita bagi kemashalatan bersama.
Terkait dengan percepatan
pembangunan dan perekonomian daerah, proses pelayanan yang cepat, terjangkau
dan punya kepastian hukum akan mendatangkan investasi. Dimana ada investasi
disitu ada modal, real capital yang bisa digunakan untuk memulihkan
perekonomian daerah, menciptakan lapangan kerja dan kemudian mengurangi
pengangguran.
Hal ini seharusnya lebih kita
sadari, dimana di Kabupaten kita rata-rata ASN sudah punya gelar S2 bahkan S3
(saya belum, berat euy😁). Dengan tingkat pendidikan yang tinggi, artinya tidak
ada masalah di level SDM kita sehingga hanya tinggal mau atau tidak, kita
bekerja dengan baik dan menjunjung tinggi harkat dan martabat kita selaku abdi
negara.
Bekerja demi Kemuliaan Nama Tuhan, bekerja demi masa depan Kabupaten
tercinta, apalagi setelah Freeport selesai nanti…kita harus siap, kita harus
berbenah.
Wuyuh, ribet ya,,,,sorry for you
all kalo you baca bahasan saya kali ini. Seperti biasa, gak nyambung tapi masuk
akal, seperti “balap tapi pelan-pelan saja”😄😄😄😄😄
Godbless 😍
Posting Komentar